JIMAT PALING AMPUH

 



_Ilmu hikmah_



Wayan Supadno



Hari ini saya mengantar Ibunda dari Cibubur ke Pangkalan Bun Kalteng. Sudah berbulan - bulan di rumah Cibubur karena menjalani operasi katarak. Kami bersyukur sekali, kedua Orang Tua masih utuh dan sehat semua. Berkah bagi kami.


Bagi saya pribadi jimat/pusaka paling ampuh adalah doa restu Orang Tua. Pedoman itu yang selalu saya genggam erat sejak dulu kala, sejak muda belia. Sejak saya dapat wejangan dari Guru Malamku di suatu malam nan sunyi senyap penuh khidmat.


Kebetulan Guru Malamku tersebut beragama Islam, suri tauladan masyarakat luas apapun agamanya. Bermanfaat nyata dan selalu menjadi sumber solutif yang menyejukkan bagi semua pihak. Terasa nyaman indah jika dikenang.


Beliau mengatakan bahwa orang paling enak adalah orang yang beruntung, selalu dapat ridho Tuhan apapun kemauannya. Tuhan selalu berpihak terhadap apa yang diinginkan. Ini yang luar biasa. Ridho itu bersumber dari doa restu Orang Tua.


Dalam bahasa Jawa, khabul kajate mandi pangucap. Artinya khabul doa hajatnya, bersukma ucapannya mudah didengar oleh-Nya. Proses ini akan mudah terjadi jika kita dapat doa restu Orang tua pada setiap langkah.


Ujar Guru Malamku, sepintar apapun kita tapi jika sulit dapat ridho dari-Nya. Sangat melelahkan. Impian dan harapan kita akan terasa sulit diwujudkan, jika tanpa ridho Tuhan, karena tanpa doa restu Orang Tua. Rahmat Tuhan, berhulu dari doa restu Orang Tua.


Guru Malamku yang lain lagi, beragama Hindu di Banyuwangi Selatan. Mengajarkan,  " Nguri - uri Ari - ari, sangkan paraning dumadi tali temaline Sang Biyung. Ngulir pambudi. Ngluhurne pambudi. Manunggale Kawula Gusti ". 


Artinya kita harus senantiasa menjaga tali pusar penghubung dengan asal yaitu Ibunda. Tiada boleh terputus hingga kapan pun juga. Itu asal budi pekerti harus dijunjung tinggi. Hati nurani, Gembala Sang Badan. Agar selamat sampai kembali ke asal (Tuhan).


Beliau juga mengajarkan " Wong Tuo, iku sejatine Gusti Pangeran lan Leluhur katon ". Artinya bahwa Orang Tua sesungguhnya bagai mewakili Tuhan sekaligus Leluhur asal kita yang nampak. Ucapannya bersukma. Maka sedapat mungkin keluar kalimat yang baik saja dari Orang Tua untuk kita.


Berpedoman dari falsafah itulah. Apapun cara saya, berusaha tahu diri bisa menempatkan diri di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung. Karena merantau di banyak tempat, hingga punya 4 Orang Tua angkat. Kesemuanya beda suku.


Di antaranya, Dr Komang Gautama (Bali) di Banyuwangi, Ibu Saiman (Bugis) di Makassar, Pak Pasaribu (Batak) di Pematang Siantar Sumut dan Bapak H Harun (Sakai) di Kandis Riau. Kesemuanya sangat berjasa dalam hidupku.


Kisahnya. Dr Komang Gautama, saat remaja saya sakit hepatitis parah tapi Orang Tua ekonomi lagi susah, lalu dirawat beliau jadi anaknya. Ibu Saiman, karena merantau kos, beliau tiada punya anak, tiada pernah membayar kos - kosan termasuk makan juga, masa puasa Senin Kamis.


Bapak Pasaribu, merintis usaha dipinjami sepeda motor dan mobil pick up jual beli karung bekas, gratis. Diulosi adat Batak hingga keluarga besar marga Pasaribu dikumpulkan. Bapak H Harun saat dinas militer di Pekanbaru Riau, proses merintis berkebun kelapa sawit di daerahnya.


Sehingga saya sangat meyakini bahwa ini semua perubahan besar dalam perjalanan hidup ini. Sejujurnya tidak lepas karena doa restu Orang Tua Kandung dan Orang Tua Angkat. Jadi ridho Tuhan. Sungguh terasa nikmat saat berdoa untuk beliau semua.


Ilmu hikmahnya. Kita sangat beruntung bisa lahir di dunia ini. Karena jasa Orang Tua kita. Sejak lahir kotor berlumur darah, hingga jadi tua bisa dewasa sesungguhnya karya Orang Tua. Sumber kebahagiaan kita di dunia dan alam nantinya, karena ridho-Nya. Berhulu dari doa restu Orang Tua.



Salam 🇮🇩

Wayan Supadno

Pak Tani

HP 081586580630

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELUANG DI BALIK PERANG

Mahasiswa Moestopo Menyatakan Mosi Tidak Percaya Kepada Organ Yayasan UPDM Pasca Penahanan Ketua Pengurus Oleh Polda Metro Jaya.

Pilkada Musi Rawas 2024, Hj Suwarti Kantongi Rekomendasi Gerindra - PAN