KITA MENJAGA ALAM, ALAM MENJAGA KITA

 




_Ilmu hikmah_


Wayan Supadno


Ekonomi kekinian dan masa depan yang bisa berkelanjutan adalah ekonomi punya yang laba makin sehat secara bersamaan makin peduli dengan lingkungan dan sosial. Artinya limbah jadi sumber pendapatan.


Dulunya, limbah jadi beban perusahaan karena sumber pengeluaran untuk menanganinya dan meredam dampak sosialnya. Sekarang terbalik. Limbahnya jadi sumber pendapatan samping yang nilainya hingga tinggi sekali.


Bahkan banyak perusahaan nol limbah. Hingga kekurangan limbah. Lucunya lagi, nilai pendapatan dari rekayasa limbah melampaui semua operasional perusahaan tersebut. Jadi penyebab makin besar labanya.


Berikut ini contoh konkretnya ;


Kelompok peternak sapi. Karena pakannya hanya solid limbah pabrik kelapa sawit (PKS) Rp 200/kg dan rumput pakchong Rp 50/kg. Sehingga biaya total per hari hanya Rp 300.000 juta untuk 100 ekor sapi Brahman indukan. Indeks hanya Rp 3.000/ekor/hari. 


Pengeluaran tenaga kerja dan lain - lain Rp 4.000/ekor/hari. Untuk 1.00 ekor Rp 400.000/hari. Jadinya total pengeluaran Rp 7.000/ekor/hari. Atau Rp 700.000/hari/100 ekor. Pakannya murah dari limbah dan pupuk rumputnya juga dari limbah kandangnya.


Saat bersamaan. Limbah feses dihasilkan 3% dari bobotnya antara 12 sd 15 kg/ekor/hari. Itu diberdayakan jadi pupuk kandang melayani petani cabe, tomat dan lainnya. Laris manis termasuk urinenya. Harga pupuk Rp 1.000/kg.


Simulasi dalam cashflow harian untuk 100 ekor sapi dikelola 5 orang. Pendapatan 15 kg pupuk x 100 ekor x Rp 1.000/kg = Rp 1,5 juta. Pengeluaran Rp 7.000/ekor/hari x 100 ekor  = Rp 700.000/hari. Laba Rp 1,5 juta - Rp 700.000 = Rp 800.000/hari untuk 100 ekor.


Dalam skala 100 ekor untuk 365 hari (tahun). Terbentuk laba dari limbah saja Rp 800.000 x 365 hari = Rp 292 juta/tahun. Masih dapat laba anakan sapinya. Fiks orang lain limbah jadi beban, kelompok ini justru limbah jadi mesin ATM pendapatannya.


Lalu, kenapa manajemen usaha pola ekonomi sirkular nol limbah berkelanjutan ini. Belum massal di mana - mana ?


Karena belum tahu ilmunya dan belum mau mengawali dengan kesungguhan agar dapat ilmu hikmahnya. Untuk menyempurnakan lagi. Intinya pakan harus murah meriah, bermutu. Limbah harus habis terjual harga mahal minimal Rp 1.000/kg.


Caranya pupuk kandang yang dibuat harus laku keras. Membentuk pasar agar kecandungan rutin. Agar itu terjadi mutlak mutu limbah ditingkatkkan dengan diperkaya mikroba misal disemprot Bio Extrim dan Hormax (empiris). Sehingga uji mutu dan efektivitasnya nyata.


Ilmu hikmahnya, usaha yang siap menatap masa depan adalah yang peduli sosial dan ramah lingkungan. Lahan harus makin subur. Sehingga labanya bisa jadi sumber kemakmuran pelakunya. Limbah bukan beban tapi sumber pendapatan.


Itu bisa terwujud jika pelaku usaha mau serius membekali diri iptek dan kontan dipraktekannya. Inovasi membumi adalah solusinya.



Salam Inovasi 🇮🇩

Wayan Supadno

Pak Tani

HP 081586580630

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELUANG DI BALIK PERANG

Mahasiswa Moestopo Menyatakan Mosi Tidak Percaya Kepada Organ Yayasan UPDM Pasca Penahanan Ketua Pengurus Oleh Polda Metro Jaya.

Pilkada Musi Rawas 2024, Hj Suwarti Kantongi Rekomendasi Gerindra - PAN